Breaking News

Tuesday, September 30, 2014

BUGIS DI BELAHAN DUNIA

Bugis merupakan etnis yang berasal dari Sulawesi-Selatan. Ciri utama yang paling menonjol dari etnis ini adalah bahasa dan adat-istiadatnya, sehingga para pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi sebagai orang Bugis. Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sekitar 6 juta jiwa. Kini etnis ini menyebar di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak tersebar di berbagai mancanegara misalnya di Singapura, Malaysia, dan Afrika Selatan.
1.      Suku Bugis di Singapura
Ketika Johor dan laskar bayaran dari Bugis berhasil menaklukkan Jambi, Raja Johor justru ingkar janji. Orang-orang Bugis pun marah, sehingga mereka secara membabi buta melawan Kerajaan Johor. Maka runtuhlah Kerajaan Johor (yang pada saat itu juga menguasai Riau dan Singapura) dan terpisah dari Kerajaan Lingga (Riau). Kedua kerajaan itu pun takluk pada orang-orang Bugis, sehingga jadilah raja-raja mereka turun tahta, dan digantikan oleh raja dan sultan-sultan Bugis, turun temurun sampai sekarang.
Menurut sejarah, 9 dari 13 kerajaan dan kesultanan di Malaysia adalah keturunan raja-raja Bugis, termasuk kerajaan terbesarnya yaitu Selangor, hingga Yang Dipertuan Agung (Raja Malaysia), yang dijabat secara bergantian oleh raja-raja dari negara-negara bagian di Malaysia.
Kejayaan Bugis yang berbaur sebagai orang Melayu itu pun, berpengaruh sampai ke Singapura. Ketika Singapura jatuh ke tangan Inggris, orang-orang Bugis sudah melakukan perdagangan di Singapura bersama etnis China dan Eropa. Namun tidak sedikit juga yang dijadikan laskar bayaran, yang dihasut oleh Inggris untuk membunuh etnis lain.
Di kawasan Kallang, menurut sejarah Singapura, orang-orang Bugis pernah melakukan pembunuhan massal terhadap orang-orang Jawa yang juga adalah pendatang di sana. Lebih dari 20.000 orang Jawa konon di bunuh, karena hasutan orang-orang Inggris. Hingga kini kawasan Kallang masih ada, bahkan sudah berkembang pesat di Singapura. Namun, Kampung Bugis di kawasan itu masih tetap ada, bahkan diabadikan sebagai nama jalan ‘Kampong Bugis Street’.


Jauh dari Kallang, terdapat distrik Bugis, yang merupakan salah satu kawasan perdagangan terkenal di Singapura. Di kawasan Bugis berdiri pusat perbelanjaan terkenal seperti Bugis Village, Bugis Junction, Bugis Square, dan Arab Street. Di kawasan ini juga terdapat masjid terbesar di Singapura, ‘Sultan Mosque’, yang merupakan masjid peninggalan pengusaha-pengusaha Bugis di jaman itu.

Konon untuk membangun masjid itu, orang-orang Bugis mengumpulkan uang dan emas, bahkan mereka menjual tanahnya di kawasan Geylang, yang dulunya sebagian besar adalah milik orang-orang Bugis. Dari kampung-kampung Bugis ini lahir saudagar- saudagar kaya, yang kemudian berfungsi sebagai penyedia modal untuk para nelayan dan pedagang-pedagang yang mengarungi laut nusantara. Saudagar tidak menerapkan sistem upah, tapi sistem bagi hasil kepada anak buahnya (diatur dalam kesepakatan saudagar di bawah pimpinan Amanna Gappa). Bandar Singapura adalah tempat berkembangnya saudagar- saudagar Bugis dan melakukan temu niaga dengan saudagar-saudagar China, Saudagar India, dan Arab. Portugis yang mencari jalan ke timur, kemudian menaklukan Malaka, memotong jalan dagang Saudagar India dan Arab, mencoba menerobos ke Jawa dan mendirikan loji di Sunda Kelapa, memby-pass Singapura. Mulailah sejarah penetrasi Eropa ke Asia Tenggara sebagai wilayah penghasil perikanan dan rempah-rempah. Hubungan antara Saudagar Bugis dan Saudagar Arab dan India Mulai terputus, transaksi saudagar Bugis mulai menurun dan perlahan-lahan didikte oleh pedagang Barat.
Kampung-kampung Bugis di bawah kepeloporan saudagarnya memelihara adat istiadat Bugisnya terutama yang sejalan dengan ajaran tauhid Islam, Bahasa dan aksaranya mereka pelihara, adat istiadat dalam pergaulan mereka pelihara, satu sifat yang dipegang teguh adalah budaya Siri. Berpangkal dari budaya siri ini, mereka mengekspresikan dirinya, memperkenalkan dirinya sebagai turunan Bugis. Bangunan rumah tempat tinggal, terutama bentuk atapnya dipertahankan. Tata cara perkawinan dilestarikan, kegemaran pada perhiasan emas terkhusus bagi perempuan dipertahankan, dan niat menunaikan ibadah haji dijadikan alasan untuk bekerja keras mencari nafkah. Sebelum tahun 1950-an, sebelum kedatangan Inggris , dulu ada sebuah kanal/terusan besar yang mengalir melalui daerah Bugis , dimana para pelayar dari Sulawesi Selatan bisa berlayar sampai perahu mereka bersandar dan berdagang dengan pedagang Singapura.
Itu adalah orang-orang setelah jalan itu diberi nama The Bugis atau Bugis, juga menempatkan keterampilan berlayar mereka untuk jinak menggunakan lebih sedikit dan memperoleh reputasi di daerah sebagai suatu ras bajak laut haus darah.
Agustus 2005 dan seterusnya dengan tanda bertahtakan dop besar di malam hari, sebenarnya dikembangkan dari New Bugis Street , yang kedua yang telah dibuat setelah seluruh daerah itu dibangun kembali pada pertengahan 1980-an. Baru ‘Bugis Street’ adalah sebuah labirin jalur dilapisi dengan kios yang menjual Pasar Malam barang. Ini membentang dari pintu masuk di sepanjang Victoria Street menghadapi asli Bugis Street dan Bugis Junction ke pintu masuk lainnya di sepanjang Queen Street menghadap pintu masuk ke Albert Street.
Saat ini, Kampung Bugis ini mengalami pasang surut. Kampung-kampung Bugis ini banyak yang tinggal nama. Penduduk di Kampung itu sudah berganti, perkampungan baru tidak lagi diberi nama Kampung Bugis, kecuali di Singapura ada real estate di Bugis Street menggunakan nama Bugis Junction. Negara Singapura tetap mengenang jasa-jasa saudagar Bugis, antara lain dengan tetap menggunakan gambar perahu Phinisi/Palari pada mata uang kertasnya. Bugis Street asli sekarang menjadi relatif, lebar jalan berbatu diapit bangunan dari Bugis Junction pertokoan. Di sisi lain, jalan saat ini disebut- sebut sebagai “Bugis Street” oleh Singapore Tourist Promotion Board sebenarnya dikembangkan dari New Bugis Street, dan adalah tagihan sebagai “jalan-lokasi perbelanjaan terbesar di Singapura”.
Namun dari sekian banyak etnis yang membentuk orang orang Melayu Singapura, tampaknya Bugis- lah yang paling besar pengaruhnya, sehingga diabadikan sebagai nama sebuah distrik terpenting di negara pulau itu. Tidak hanya nama ‘Bugis’, kawasan lain yang juga diambil dari Bugis adalah Sengkang. Di Singapura terdapat distrik Sengkang, yang diambil dari nama kota di Sulawesi Selatan, ibukota Kabupaten Wajo, yang merupakan salah satu daerah asal perantau-perantau Bugis di Tanah Melayu. Kawasan Sengkang, kini sudah menjadi bagian dari modernisasi Singapura. Di Sengkang, berdiri Markas Besar kepolisian Singapura, kantor kantor pemerintahan, sekolah, hingga kawasan bisnis dan pusat perbelanjaan. Jika ada waktu ke Singapura, silahkan datang ke Bugis dan Sengkang. Kawasan landmark, bukti kejayaan orang-orang Bugis khususnya, dan Indonesia pada umumnya di Negara Jiran, Singapura.

2.      Suku Bugis di Malaysia
Sebaik sahaja Raja Bugis menerima utusan dari Raja Sulaiman, angkatan tentera Bugis terus datang dengan 7 buah kapal perang menuju ke Riau. Raja Kechil telah ditumpaskan di Riau dan melarikan diri ke Lingga dalam tahun Hijrah 1134. Sebagai balasan, Raja Sulaiman telah menyetujui permintaan Raja Bugis dimana  mereka mau supaya raja-raja Bugis dilantik sebagai Yamtuan Besar atau Yang Di-Pertuan Muda, untuk memerintah  Johor, Riau dan Lingga secara bersama jika semuanya dapat ditawan.
Setelah Bugis berjaya menawan Riau, Raja Sulaiman kemudian pulang ke Pahang, dimana raja Bugis juga pergi ke Selangor untuk mengumpulkan bala tentera dan senjata untuk terus menyerang Raja Kechil. Semasa peninggalan tersebut, Raja Kechil telah menawan semula Riau semasa raja Bugis masih berada di Selangor.
Setelah mengetahui Riau telah ditawan oleh Raja Kechil, Bugis terus kembali dengan 30 buah kapal perang untuk menebus semula Riau, pada saat dalam perjalanan menuju ke Riau, mereka telah menawan Lingga (sebuah daerah di Negeri Sembilan) yang dikuasai oleh Raja Kechil. Setelah Raja Kechil tahu akan penawanan itu, baginda kemudian datang ke Lingga untuk memberikan balasan.
Pihak Bugis telah terpecah dimana 20 buah dari kapal perangnya meneruskan perjalanan menuju ke Riau dan diketuai oleh 3 orang dari mereka. Raja Sulaiman telah datang dari Pahang dan turut serta memberi bantuan untuk menawan semula Riau. Dalam peperangan ini mereka telah berhasil menawan kembali Riau dimana selanjutnya Raja Sulaiman dan Bugis telah mendirikan kerajaan bersama.
Setelah mengetahui penawanan Riau tersebut, Raja Kechil kembali ke Siak karena baginda juga telah gagal menawan semula Linggi dari tangan Bugis. Hingga kini Linggi telah didiami turun-temurun oleh keturunan Bugis dan bukan lagi dari daerah Minangkabau.
Pada tahun 1729, Bugis sekali lagi menyerang Raja Kechil di Siak dimasa Raja Kechil ingin memindahkan alat kebesaran Di Raja Johor (Sebuah Meriam) ke Siak. Setelah mengambil semula kebesaran Di Raja tersebut, Raja Sulaiman kemudian dinobatkan sebagai Sultan Johor dengan membawa gelaran Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah yang memerintah Johor, Pahang, Riau, and Linggi.
Sultan Sulaiman telah melantik Daeng Marewah sebagai Yamtuan Muda Riau. Kemudian adik perempuannya Tengku Tengah pula dikawinkan dengan Daeng Parani yang mana telah mangkat di Kedah semasa menyerang Raja Kechil disana.  Seorang lagi adik Sultan Sulaiman Tengku Mandak dikawinkan dengan Daeng Chelak (1722-1760) yang dilantik sebagai Yamtuan Muda II Riau 1730-an. Kemudian anak Daeng Parani, Daeng Kemboja dilantik menjadi Yamtuan Muda III Riau (yang juga memerintah Linggi di Negeri Sembilan).
Anak Daeng Chelak, Raja Haji dilantik sebagai Yamtuan Muda IV Riau dimana baginda telah hampir dapat menawan Malaka dari tangan Belanda dalam tahun 1784 tetapi akhirnya baginda mangkat setelah ditembak dengan peluru Lela oleh Belanda di Teluk Ketapang, Malaka. Baginda telah dikenali sebagai Al-Marhum Teluk Ketapang.
Dalam tahun 1730an, seorang Bugis bernama Daeng Mateko yang berbaik dengan Raja Siak mengacau ketenteraman Selangor.
Ini menjadikan Daeng Chelak datang ke Kuala Selangor dengan angkatan perang dari Riau. Daeng Mateko dapat dikalahkan kemudiannya beliau lari ke Siak. Dari semenjak itulah daeng Chelak sentiasa pulang-balik dari Riau ke Kuala Selangor. Lalu menikah dengan Daeng Masik Arang Pala kemudian dibawa ke Riau.
Ketika Daeng Chelak berada di Kuala Selangor penduduk Kuala Selangor memohon kepada beliau supaya terus menetap di situ saja. Walau bagaimana pun Daeng Chelak telah menamakan salah seorang daripada puteranya yaitu Raja Lumu datang ke Kuala Selangor. Waktu inilah datang rombongan anak buahnya dari Riau memanggil Daeng Chelak pulang ke Riau dan mangkat dalam tahun 1745.
Di bawah ini merupakan beberapa keturunan yang pernah memimpin :

3.      Suku Bugis di Afrika Selatan
Dari manakah sebenarnya asal usul orang Bugis Makassar yang kini bermukim di Afrika Selatan? Dari Malaysia atau dari Sulawesi? Pertanyaan itulah yang dibawa Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia, Graffits Memela ketika bertemu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya ke Sulsel, Senin (12/5) malam. Sebab, menurut Graffits, selama ini ada anggapan bahwa orang Bugis di negaranya berasal dari Male (Malaysia). 
Sementara itu, pemerintah Sulsel menyatakan orang Bugis di Afrika itu berasal dari Sulsel, Mana yang benar? Begitu kira-kira pertanyaan yang dilontarkan Graffits kepada Syahrul Limpo dalam pertemuan silaturahmi kedua pejabat di rumah jabatan Gubernur Syahrul.
Menjawab keraguan Graffits itu, Syahrul yang baru sebulan dilantik sebagai Gubernur Sulsel (pada periode 2008-2013) menegaskan bahwa orang Bugis di Afrika Selatan adalah keturunan Syekh Yusuf, ulama dan pejuang yang berasal dari Sulawesi Selatan yang dibuang pemerintah Belanda ke negara itu pada abad ke-16.
"Syekh Yusuf adalah keturunan Raja Gowa (Sulsel) yang diasingkan pemerintah Belanda ke Afrika yang kemudian mengajarkan agama Islam sekaligus berjuang membela Afrika dari penindasan penjajah di negara tersebut,” katanya. Lalu, dari hasil perkawinan pengikut Syekh Yusuf inilah berkembang keturunan orang Bugis Makassar hingga saat ini di Afrika.
Kuburan Pejuang Gowa

Bahkan, tambah Syahrul, Kuburan ulama kharismatik dan pejuang dari Gowa itu ada di Afrika dan di kabupaten Gowa, Sulsel. Ini membuktikan bahwa hubungan darah antara rakyat Afrika dan Indonesia khususnya Gowa sudah menyatu sehingga perlu dijalin kerjasama budaya dan pendidikan di negara itu.
Kerja sama pembangunan Rumah Adt Balla' Lompoa

Miniatur rumah adat Gowa atau Balla Lompoa menurut rencana akan dibangun di Afrika Selatan, kata Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia Noel N. Lehoko di Makassar, Rabu (23/2). Pada pertemuannya dengan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang (periode 2008-2013) di Makassar, ia mengungkapkan bahwa rencana pembangunan miniatur rumah adat sulsel diafrika tersebut nantinya akan semakin memperkuat ikatan kebudayaan antara kedua wilayah.
Tujuan ke sini adalah untuk menyambung kerja sama yang telah dilakukan dan memperbaharui nota kesepahaman kerja sama yang telah berakhir katanya.
Hubungan Afrika Selatan dan Sulsel telah berlangsung 300 tahun, hubungan ini sangat erat, bahkan sebelumnya ada makam Syeh Yusuf di Afrika Selatan dan telah dipindahkan ke Sulsel, jelasnya. Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang mengatakan, pada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Afrika Selatan dibicarakan mengenai rencana akan dibangunnya semacam miniatur Balla Lompoa yang akan dijadikan perpustakaan di Cape Town.
Dubes sampaikan juga instruksi mengenai rencana tersebut dari pemerintah pusat dan kami siapkan minatur Balla Lompoa, tinggal kesiapan pemerintah di sana," jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, ada empat fokus kerja sama yang akan dikembangkan yaitu pendidikan, kebudayaan, perdagangan dan pariwisata. "Selama ini baru kunjungan bilateral baru penjajakan dari bisnis ke bisnis, makanya mereka akan ke Kadin juga," ujarnya.
Salah satu peluang kerja sama pariwisata yang mungkin untuk dilakukan adalah paket umrah plus seperti ke Kairo dan Palestina. "Kenapa tidak ada kunjungan ke Afrika Selatan," ujarnya.
Untuk bidang pendidikan, Afrika Selatan juga bisa menjadi pilihan untuk meraih gelar doktor terutama bidang tambang. "Afrika Selatan dengan negara sekitarnya adalah daerah yang memiliki tingkat perekonomian tinggi, jadi sangat terbuka untuk Sulsel masuk, apalagi ada hubungan kultural.

No comments:

Post a Comment